Definisi dan makna penilaian autentik

Penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas public (pusat kurikulum 2009). Penilaian autentik memberi kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah di pelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerjas sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Penilaian autentik dikembangkan karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara holistic (santrock, 2007). Penilaian autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata. Dengan demikian penilaian ini merupakan sarana bagi sekolah untuk merealisasikan segala kemauan, kemampuan dan kreatifitas siswa.

Penilaian autentik sering di sejajarkan pengertiannya dengan performace assessment, alternatife assessment, direct assessment dan realistic assessment. Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja. Penilaian autentik dikatakan penilaian alternatife untuk menggantikan penilaian tradisiaonal. Penilaian autentik dikatakan penilaian karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi bermakna pengetahuan dan keterampilan.

Perbandingan Penilaian Autentik dengan Penilaian Biasa

Perbandingan berikut ini sangat disederhanakan, tetapi berharap dapat menggambarkan perbedaan pandangan dan asumsi dari kedua pendekatan penilaian tersebut. Penilaian tradisional merujuk pada ukuran-ukuran yang dipaksakan seperti tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan, dan bentuk-bentuk serupa lainnya yang biasa digunakan dalam pendidikan. Di balik penilaian tradisional dan penilaian autentik ada suatu keyakinan bahwa misi utama sekolah adalah membantu warga Negara produktif. Esensi dari kedua pandangan tersebut berbeda, berikut perbedaanya yang esensial.

Menurut pandangan penilaian tradisional (biasa) untuk menjadi warga yang produktif seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu. Sekolah harus membekali siswa sejumlah keterampilan dan pengetahuan tersebut. Sekolah seyogianya harus mengetes para siswa apakah mereka menguasai pengetahuan dan keterampilan tersebut. Jadi, dalam penilaian tradisional sejumlah pengetahuan ditetapkan terlebih dahulu.

Sebaliknya penilaian autentik adalah penilaian yang menggiring kurikulum, yang berarty bahwa guru semestinya pertama-tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh para siswa tentang hal-hal yang telah dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan baik, yang  dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan keteramplan-keterampilan yang esensial.

Perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik.

Penilaian Tradisional

Penilaian Autentik

Respon memilih

Melakukan tugas

mengusahakan

Kehidupan nyata

pengenalan

aplikasi

Guru-tersusun

Murid-tersusun

Tidak langsung bukti

Langsung bukti

 

Penilaian Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013

Tuntutan kurikulum 2013 untuk penilaiannya antara lain yaitu :

1) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran;

2)  Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.

3) Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan  peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik;

 4) Penilaiana autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai;

5) Penilaian autentik sering dikontradiksikan  dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat;

6) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik;

7) Pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu  akan dinilai;

8) Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri untuk meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi;

9)  Penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah;

10) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar, karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja;

11) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek;

12) Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.

Jenis-jenis Penilaian Autentik

Dalam melaksanakan penilaian autentik yang baik guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicpai. Untuk itu guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan : (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, (2) focus penilaian yang akan dilakukan, misalnya berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai,seperti penalaran, memori, atau proses. Menurut Hargreaves dkk.,(2001), penilaian autentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar yang sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk antara lain, melalui penilaian proyek, atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan petunjuk observasi. Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.     Penilaian Proyek

Proyek merupakan salah satu penilaian autentikyang berupa pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujian akademik sambil mengakomodasi berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa.

Penilaian proyek (project assesment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan pendidik pada akhir BAB atau tema pelajaran

2.     Penilaian Kinerja

Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja :

a.     Daftar cek (checklist)

Untuk mengetahui muncul tidaknya unsur-unsur tertentu dari indicator atau sub indicator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b.     Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narrative records)

Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang telah dilakukan oleh masing masingpeserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standart yang ditetapkan.

c.     Skala penilaian (rating scale)

Biasanya digunakan dengan skala numeric. Berikut predikatnya, misalnya 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang.

d.     Memori atau ingatan (memory approach)

Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, degan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

   Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penlaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

·    Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengunkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

·  Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

·  Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk mrnilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berfikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran terntentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

3.     Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik perseorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

·       Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

·       Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

·       Peserta didik, baik sendiri maupun secara berkelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

·       Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

4.     Jurnal

Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah di pelajari atau diperoleh dalam proses pembelajaran. Jurnal dapat digunakan untuk mencatat atau merangkum topik-topik pokok yang telah dipelajari,perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan-kesulitan atau keberhasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau topic pelajaran, dan catatan atau komentar siswa tentang harapan-harapanya alam proses aturan-aturan yang digunakan untuk menilai kinerja siswa.

5.     Penilaian Tertulis

Tes tulis berbentuk urain atau essai menuntuk peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.

 Dengan demikian jelas penilaian autentik lebih dapat mengungkapkan hasil belajar siswa secara holistic, sehingga benar-benar dapat mencerminkan potensi, kemampuan, dan kreatifitas siswa sebagai hasil proses belajar. Selain itu penerapan penilaian autentik akan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata. Pentingnya penilaian autentik, baik dalam proses penilaian maupun peningkatan kualitas pembelajaran, maka metode pembelajaran seperti ini perlu diterapkan sebagai sarana untuk memperbaiki proses pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penerapan penilaian autentik ini tentunya tidak langsung mengganti posisi penilaian standart yang selama ini dilakukan baik oleh guru, sekolah, maupun pemerintah, akan tetapi dilakukan secara komplementer dengan penilaian standar sesuai dengan komoetensi yang akan dinilai.

Langkah-langkah Penilaian Autentik.

Dalam langkah-langkah penilaian autentik yang pertama-tama dan langkah-langkah penting dalam prosedurnya. Dalam suatu tugas kita perlu menyatakan kriteria terlebih dahulu untuk menilai kinerja siswa berkenan dengan tugas tersebut. Dengan kata lain kita mengembangkan sebuah rubric untuk tugas tersebut.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyiapkan rancangan penilaian autentik adalah sebagai berikut.

1.     Langkah 1 mengidentifikasi standar

Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin tertentu.

2.     Langkah 2 memilih suatu tugas autentik

Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan memecahkan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.

3.     Langkah 3 Mengidentifikasi kriteria untuk tugas (taks)

Kriteria tidak lain adalah indicator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indicator, sebaiknya diperhatikan apakah indicator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.

4.     Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)

a.     Menyiapkan suatu rubric analitis

Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Descriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.

b.     Menyiapkan suatu rubric yang holistik

Dalam rubric holistic. Dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan.

Program Tindak Lanjut dan Hasil Belajar

A.    Pembelajaran Tuntas

1.     Konsep Belajar Tuntas

Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Prinsip pembelajaran tuntas yaitu ketuntasan secara individual. Untuk mengukur penguasaan kompetensi perlu dikembangkan suatu penilaian yang mencakup seluruh kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan oleh pendidik.

Dalam model yang paling sederhana, carol mengemukakan bahwa setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberikan cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tidak akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi yang dituju.

2.     Prinsip Belajar Tuntas

Pengembangan konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.     Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan. Menurut konsep di luar belajar tuntas, penyebaran dalam kelas tidak mengikuti distribusi normal, yaitu sebagian kecil siswa (sekitar 17%) menguasai sebagian kecil bahan ajar, sebagian besar siswa (sekitar 66%) menguasai sebagian besar bahan, dan sebagian kecil siswa (17%) menguasai hamper seluruh bahan. Menjadi tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hamper seluruh bahan ajaran.

b.     Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa.

c.     Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus tersebut.

d.     Selain disediakan bahan ajar untuk kegiatan belajar utama, juga disusun juga bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Perbaikan diberikan kepada siswa yang belum menguasai bahan ajar secara tuntas, sedangkan pengayaan di berikan kepada mereka yang perkembangan belajarnya sangat cepat.

e.     Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi mengguakan acuan patokan. Acuan norma menggunnakan pegangan penguasaan rata-rata kelas, jadi bersifat relative, sedangkan acuan patokan berpegang pada sesuatu yang telah ditetapkan.

f.      Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Contohnya siswa yang pandai atau cepat menangkap bahan ajar akan lebih dulu menerima materi baru.

3.     Prosedur Belajar Tuntas

Model belajar tuntas dikembangkan oleh Benymin S. Bloom, menjadi pola atau prosedur pengajara yang dapat diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada satuan kelas. Secara operasional guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a.     Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang khusus.

b.     Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.

c.     Memberikan pengajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari.

d.     Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran.

e.     Kepada siswa yang bertanya belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku pengajaran yang lain, mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan dsb.

4.     Perbedaan Antara Pembelajaran Tuntas dan Pembelajaran Konvensional

Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, maka pembelajaran harus menggunakan strategi embelajaran yang berasaskan maju berkelanjutan. Untuk itu pendekatan sistem, yang merupakan salah satu prinsip dsar dalam teknologi pembelajaran, harus benar –benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah, kompetensi inti dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran di pecah kedalam satuan satuan, dimana siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh beranjak mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai suatu/sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.

Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini di artikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar.

Dengan memperhatikan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asaz-asaz ketentuan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya tidak/kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individual.

B.    Program Remedial

1.     Pengertian

Dilihat dari arti katanya istilah remedial berasal dari kata remedy yang berarti obat, memperbaiki, menolong, karena itu remedial berarti hal-hal/tindakan-tindakan/usaha-usaha yang berhubungan dengan perbaikan. Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

2.     Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pembelajaran remedial sebaiknya diberikan dengan memperhatikan kesulitan belajar setiap siswa. Akan tetapi, karena kesulitan yang dialami tiap individu disebabkan oleh faktor yang berbeda dan beragam, dan sangat berat bagi guru jika mengatasinya per individu, maka siswa yang mengikuti kegiatan remedial ini berdasarkan tingkat kesulitan belajarnya, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

·       Tingkat kesulitan ringan

Untuk tingkat kesulitan ringan ini pemecahannya tidak terlalu sulit. Cara pemecahannya dapat menyuruh siswa untuk kembali membaca atau mempelajari pokok bahasan dengan suasana yang lebih serus.

·       Tingkat kesulitan sedang

Untuk tingkat kesulitan sedang ini guru harus menanganinya secara khusus. Karena siswa sulit mencerna pokok bahasan yang di berikan oleh pendidik. Mungkin si siswa mempunyai masalah pribadi sehingga tidak bisa mencerna pokok bahasan secara focus. Dalam hal ini guru hendaknya bekerja sama dengan guru bimbingan koseling.

3.     Pendekatan Dan Metode Pembelajaran Remedial

·       Pendekatan yang bersifat kuratif

Pendekatan ini diberikan kepada sejumlah siswa yang tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

·       Pendekatan yang bersifat prefentif

Pendekatan ini ditentukan pada siswa tertentu yang berdasaekan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya.

·       Pendekatan yang bersifat pengembangan

Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan peranan pembimbing dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil.

4.     Pelaksanakan program remedial

·       Metode pembelajaran remedial

Ada dua cara yang dapat ditempuh :

1.     Pemberian bimbingan secara khusus dan perseorangan bagi siswa yang belum tau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai tutor.

2.     Pemberian tugas-tugas atau perlakuan secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.

·       Materi dan waktu pelaksanaan program remedial

1.     Model pembelajaran remedial diluar jam sekolah (out-side school hours)

Model ini dilaksanakan untuk membantu kesulitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa materi subjek, sebelum atau sesudah jam pelajaran regular dilaksanakan.

2.     Model pembelajaran remedial pemisahan (withdrawal)

Model ini dilakukan dengan cara memisahkan siswa dari kelas biasa ke dalam kelas remedial. Pemisahan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang materi subjek yang dibahas.

C.    Program Pengayaan

Program pengayaan merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang teergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya.

1.     Tujuan program pengayaan

·       Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

·       Memupuk rasa sosial karena peserta didik membantu temannya dalam menyelesaikan tugas.

·       Menambah wawasan peserta didik.

 

2.     Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan

·       Faktor anak atau peserta didik : bagi guru atau peserta didik harus menyadari dan memahami bahwa peserta didik disamping mempunyai beberapa kesamaan, juga mempunyai perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual.

·       Faktor kegiatan pengayaan : kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus menunjang pengembangan peserta didik secara optimal.

·       Faktor waktu : kegiatan pengayaan dilakukan untuk mengisi waktu yang dimiliki peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya sangat bervariasi , ada yang 25 menit, ada yang 15 menit dan sebagainya.

3.     Teknik / cara pelaksanaan pengayaan

Cara-cara yang dapat ditempuh diantaranya:

a.     Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi KD tertentu.

b.     Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dan lain-lain.

c.     Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.

d.     Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.

D.    Program Akselerasi/Percepatan

Kata akselerasi di ambil dari bahasa inggris acceleration yang berarti percepatan. Pengertian akselerasi diberikan oleh pressey sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau usia lebih mudadaripada yang konvensional. Percepatan/akselerasi adalah proses layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Akselerasi sebagai suatu program khusus yang dirancang untuk mengakomodasi keberbakatan siswa, program akselerasi bertujuan untuk :

1.     Memberi kesempatan dan pengalaman yang sifatnya khusus.

2.     Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan inteligensia, bakat, perkembangan afektif dan intuitif.

3.     Memberi peluang untuk berpartisipasi aktif dan kooperatife antar siswa maupun orang tua.

4.     Menyiapkan tempat, waktu dan stimulasi bagi siswa berbakat.intelektual untuk menentukan sendiri kemampuannya.

5.     Memberi peluang kepada siswa yang sama-sama ber intelektual tinggi agar dapat terpacu mengembangkan dirinya.

Adapun kelebihan dan kekurangan program akselerasi yaitu :

KELEBIHAN

KEKURANGAN

Acceleration :

  1.Kecakapan siswa terpupuk.

2.Hubungan dengan masyarakat tidak terputus sama sekali.

1. Yang diperhatikan hanya keaktifan

2. kurang memperhatikan hubugan sosial, ekonomi, emosi, kematangan jasmani dan lain-lain.

Segregation:

1.Siswa bisa bersaing sepuas-puasnya karena mereka mempunya kecerdasan yang seimbang.

2.Para pembimbing tugasnya lebih ringan karena siswa sudah terkumpul sesuai dengan kemampuannya.

1. merasa grup istimewa lalu merasa tinggi hati.

2. karena terisolasi menjadikan sosialisasi berkurang.

3. teman sekelas merasa kehilangan panutan dalam memecahkan masalah.

Enrichment :

1. Dapat membantu potensi siswa dengan lancar.

2.Siswa sangat menguasai pelajaran yang diajarkan .

3.Siswa mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam.

1. sulit untuk memperkaya kurikulum yang tepat sekali jika diterapkan pada siswa berbakat intelektual yang secara individual mempunyai perbedaan minat atau kesenangan.